Ali bin Abi Bakr Al-Sakran Mempopulerkan Baalawi (dan Ubaidilah)?

Benarkah dia orang pertama yang mempromosikan Baalawi sebagai Sadah?

Rumail Abbas
2 min read4 days ago
Cover naskah temuan Juni 2024 (unduh PDF-nya di TrakTeer Rumail Abbas)

Ali bin Abi Bakr Al-Sakran Baalawi (w. 895 H.) adalah cucu dari pendiri wangsa Al-Saggaf (السقاف) yaitu Abd Al-Rahman Al-Saggaf bin Muhammad Maula Dawileh (w. 819 H.), sekaligus penulis kitab Al-Barqah Al-Musyiqah. Namanya menjadi bulan-bulanan dua tahun terakhir (dimulai akhir tahun 2022) karena dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan Baalawi sebagai wangsa sadah (baca: keturunan Nabi lewat jalur Sayidah Fathimah).

Kesahihan nasab wangsa sadah haruslah dibenarkan masa ke masa sejak generasi pendiri hingga generasi setelahnya secara terus menerus (jailan ‘an jailin). Untuk konteks Baalawi, maka harus dikenal sebagai sadah sejak era Ubaidillah (abad IV H.) hingga Ali bin Abi Bakr Al-Sakran wafat (abad IX H.), tanpa terputus sama sekali.

Artinya, kepopuleran wangsa Baalawi supaya layak diakui sebagai Sadah mendapat tantangan dari literatur sejarah ke-sadah-annya yang baru populer dari sejak Ali bin Abi Bakr Al-Sakran, sedangkan pendiri wangsa Baalawi wafat sekitar lima abad sebelumnya. Kekosongan historis sejauh ini dianggap bermasalah berdasarkan prinsip argumentum e silentio.

Buku yang akan Anda baca tidak sedang mengurai biografi Ali bin Abi Bakr Al-Sakran bin Abd Al-Rahman Al-Saggaf, perumus Hizb Al-Sakran yang terkenal itu. Naskah ini hanya menyajikan hasil pelacakan sudut-sudut literatur yang sezaman dan sebelum Ali bin Abi Bakr Al-Sakran untuk memastikan secara historis:

Benarkah Baalawi baru mulai dikenal sebagai sadah darinya?

Terakhir, penulis mengandalkan “traktiran” pada https://teer.id/stakof untuk sampai pada temuan ini. Dan hasil temuan yang penulis sajikan ini dituangkan sepenuhnya untuk para dermawan. Koreksi & hak jawab dapat dikirim melalui surat elektronik penulis di bawah.

Naskah tersebut bisa diakses di sini: https://teer.id/stakof (Arsip Temuan)

Terima kasih, dan selamat membaca.

--

--

Rumail Abbas

Nahdliyin, Historian, GUSDURian, Peneliti Budaya Pesisiran & Resolusi Konflik untuk GUSDURian & Yayasan Rumah Kartini